مرحبا بكم في الموقع الرسمي لمعهد الجامعة الإسلامية الحكومبة باري-باري

Selasa, 16 Agustus 2011

Peringatan dari Sang Maha

Peringatan adalah suatu kejadian tentang peristiwa tertentu yang biasanya bernilai khusus atau istimewa. Banyak orang melakukan semacam ritual tertentu ketika menghadapi peristiwa itu. Misalnya saja tentang hari kemerdekaan bangsa ini yang ditandai dengan lomba-lomba tradisional atau peristiwa keagamaan seperti lebaran bagi umat Islam dengan bermaaf-maafan atau pembuatan jenis makanan tertentu yang khas.

Namun, adakalanya peringatan juga berarti semacam pertanda bahwa ada hal-hal yang harus diperhatikan agar tidak dilanggar. Untuk hal ini memang berkaitan erat dengan sebuah peraturan. Sebagai contoh adalah peraturan perusahaan tempat sosok itu bekerja yang baru saja menerapkan kedisiplinan jam masuk kerja. Bagi yang melanggar tentu akan mendapatkan peringatan, dimulai dari teguran lisan hingga surat peringatan (SP) bertingkat.

Peringatan berasal dari kata dasar ‘ingat’ serta awalan ‘per’ dan akhiran ‘an’. Menurut KBBI offline, ‘ingat’ berarti berada dalam pikiran, tidak lupa, timbul kembali dalam pikiran, sadar, siuman, menaruh perhatian, memikirkan akan, hati-hati, berwaswas, mempertimbangkan (memikirkan nasib dsb), cak berniat, dan hendak. Sedangkan ‘peringatan’ adalah nasihat (teguran dsb) untuk memperingatkan, kenang-kenangan, sesuatu yang dipakai untuk memperingati, catatan, dan hal memperingati (mengenang dsb).

Dari semua pengertian di atas, kata ‘peringatan’ yang sering dilupakan adalah peringatan dari Sang Maha. Ada banyak peringatan itu sebenarnya yang hadir di depan kita berupa pertanda-pertanda alam dan bahkan sudah tertulis dengan begitu gamblangnya pada kitab suci umat Islam, yaitu Al-Quran. Salah satu surah yang berisi tentang peringatan itu dan cenderung diulang-ulang adalah surah Ar-Rahman, surah ke-55. Fabiayyi aalaa’irabbikumaa tukadz-dzibaan. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Di sini, sosok itu ingin membahas tentang salah satu ayat Al-Quran dari surah Ar-Rahman, yaitu ayat ke-26. Kullu man ‘alayhaa faani(n). Semua yang ada di Bumi itu akan binasa. Semua akan binasa tanpa kecuali, termasuk manusia. Manusia tidak bisa menafikan hal ini bahwa setiap orang akan mati kendati tidak seorang pun dapat memperkirakan di mana dan kapan kematian akan menghampiri. Tidak seorang pun dapat menjamin ia akan hidup pada saat berikutnya.

Oleh karena itulah kaum yang mementingkan duniawi adalah bodoh, ceroboh, dan dangkal pikirannya. Hidup mereka tidak berdasarkan logika. Mereka hidup dengan kesesatan dan keyakinan yang salah serta mengikuti sangkaan yang berakhir dengan kekeliruan. Salah satu kekeliruan ini adalah keyakinan mereka tentang kematian. Mereka percaya bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak perlu dipikirkan. Mereka itu seperti burung unta yang menenggelamkan kepalanya ke dalam pasir untuk menghindari bahaya.

Padahal, kematian bukanlah bencana yang harus dilupakan, melainkan pelajaran penting yang mengajarkan kepada manusia arti hidup yang sebenarnya. Dengan demikian, kematian seharusnya menjadi bahan pemikiran yang mendalam. Berpikir tentang kematian akan membantu seseorang meningkatkan keikhlasan dan rasa takut kepada Sang Maha dan mereka akan selalu menyadari akan apa yang sedang menunggunya.

Nah, sudahkah kita semua belajar tentang peringatan dari Sang Maha itu?

Sumber:http://bangaswi.wordpress.com/

Komentar :

ada 0 komentar ke “Peringatan dari Sang Maha”

Posting Komentar

 

© 2011 Fresh Template. Powered by Blogger.

Pusat PASIH by Dirja.