مرحبا بكم في الموقع الرسمي لمعهد الجامعة الإسلامية الحكومبة باري-باري

Kamis, 04 Agustus 2011

KESEDERHANAAN DALAM MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI (Malam Ke-30)

Oleh Agus Muhsin, M. Ag

Agama Islam menganjurkan agar umatnya sentiasa hidup sederhana dalam semua tindakan, sikap dan amal. Islam adalah agama yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi. Kesederhanaan adalah satu ciri yang umum bagi Islam dan salah satu watak utama yang membedakan dari umat yang lain dan mutlak dipertahankan. Konsep kesederhanaan dalam Islam meliputi; kesederhanaan aqidah (keyakinan), ibadah dan cara melaksanakannya, akhlak dan cara hidup dengan berinteraksi antar sesama dan segala sesuatu yang menyentuh persoalan kehidupan dunia.
Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan oleh Rasulullah S.A.W. karena budaya sederhana akan senantiasa mendaulatkan prinsif-prinsif kemanusiaan yang membentuk generasi Islam yang begitu mantap dan berkualitas. Generasi yang dididik oleh Nabi Muhammad S.A.W dengan ciri kesederhanaan dan berlandaskan al-Quran dan al-Hadis itulah, yang akhirnya berhasil mengangkat panji-panji Islam ke seluruh dunia.
Dua hal di antara cara untuk menerapkan sifat kesederhanaan dalam diri kita. pertama adalah dengan mengawal serta menundukkan hawa nafsu yang bergejolak dalam diri kita. Allah S.W.T dan Rasulullah S.A.W sering mengingatkan kita agar mengawal hawa nafsu dan tidak berlebihan di dalam melakukan sesuatu. Ini adalah karena hawa nafsu itulah sendiri yang selalu menjeruskan manusia ke kancah kebinasaan. (Lihat., Al-Mukminun : 71)
Gagal dalam mengawal hawa nafsu, akan berpotensi melakukan pemborosan dan berlebihan. Kita berbelanja lebih daripada keperluan yang kita butuhkan, sementara di sisi lain, masih banyak yang lebih memerlukan bantuan untuk menopang kehidupan mereka. Karena itu, Allah sangat membenci pemborosan karena akan mendekatkan diri pada syaitan dan menjauhkan kita dari Allah S.W.T. (Lihat., Q.S Al-Isra` : 27)
Kedua yaitu menjiwai sifat kesederhanaan. Kita harus bijaksana dalam memenuhi kebutuhan hidup kita. Dengan sikap tersebut kita dapat mengetahui dengan pasti perkara-perkara yang lebih memerlukan perhatian dan tumpuan masa. Islam mengajarkan bahwa orang yang sederhana dalam perbelanjaan tidak akan hidup dalam kesusahan karena Allah akan menjanjikan surga baginya. (Lihat., Q.S Al-Furqan Ayat 76)
Harta yang dimiliki adalah nikmat Allah S.W.T., dan setiap nikmat yang Allah berikan harus digunakan dengan penuh kebijaksanaan dan hikmah. Janganlah kita menjadi golongan yang sombong, kikir dan juga tamak akan harta dunia sehingga lupa bahwa Allah-lah yang memberikan nikmat. Jangan pula kita menjadi golongan yang terlalu berlebihan dalam berbelanja, sehingga kita menjadi orang yang boros. Agar kelak tidak akan mendapat kerugian di dunia dan di akhirat. (Lihat., Q.S. Al Isra’ : 29)
Suatu hal yang sangat menggoda untuk direnungkan, justeru pada surah-surah atau ayat-ayat yang diwahyukan dimasa-masa permulaan kenabian Muhammad saw, prioritas utama yang menjadi sorotan bukan pada persoalan penyembahan berhala, melainkan kecaman terhadap keserakahan dan ketidakpedulian terhadap sosial. Budaya menafkahkan harta pada hari raya sesungguhnya bukan hanya pada saat itu, tapi kebiasaan ini dilakukan karena nilai-nilai itu sangat terasa ketika usai menunaikan puasa selama satu bulan penuh. Alasan yang paling konkrit dapat dilihat melalui aspek histories dari turunnya beberapa ayat dalam surah Makkiyah
Periode awal di Mekah terdapat 12 (dua belas) surah pendek dan sama sekali tidak menyinggung persoalan penyembahan berhala, malah beberapa surah diantaranya menyinggung masalah keserakahan terhadap harta benda dan ketidakpedulian terhadap orang-orang yang menderita seperti pada QS al-Humazah: 1-3, al-Ma’un: 1-3, al-Takatsur: 1-4 dan beberapa ayat Makkiyah berikutnya. Deretan ayat dan surah tersebut, mendeskrifsikan bahwa Islam merupakan agama yang terbangun dengan kepedulian sosial yang tinggi.
Dua nilai di atas, diraih oleh umat Islam yang telah menunaikan puasa selama sebulan penuh karena pada bulan itu mereka digiring untuk ikut merasakan derita orang-orang miskin, berjuang melawan hawa nafsu dan menghidari tekanan-tekananya dengan mengeluarkan zakat dan shadaqah. Mental seperti ini sangat berat terkecuali bagi mereka yang bertakwa. Karena itulah, mereka yang bertaqwa akan diberikan oleh Allah keberuntungan (al fauz) seperti dalam ucapan min al a’idin wa al faidzin.
Dengan demikian Islam bukanlah agama yang hanya membangun hubungan dengan Allah semta, melainkan juga dengan manusia dalam berbagai bentuk aktivitas sosial. Salah satu diantaranya adalah membangun ekonomi yang mengutamakan nilai-nilai kesederhanaan dengan menekan nafsu agar terhindar dari sifat kikir dan boros, karena semuanya akan yang dipertanggungjawabkan pada Allah swt.

DASAR HUKUM
Firman Allah S.W.T di dalam QS Al-Mukminun (23): 7
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ (٧١)
Terjemahnya:
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya kami Telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.
Allah berfirman dalam Q.S Al-Isra` (17): 27
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (٢٧)

Terjemahnya :
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Allah berfirman dalam Q.S Al-Furqan (25 ): 76 :
أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلامًا (٧٥) خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (٧٦) قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا (٧٧)
Terjemahnya:
Mereka Itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang Tinggi (dalam syurga) Karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan Ucapan selamat di dalamnya, (75), Mereka kekal di dalamnya. syurga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.(76), Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh Telah mendustakan-Nya? Karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)".(77)

Allah berfirman dalam Q.S. Al Isra’ (17): 29 :
وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا (٢٩)
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (terlalu kikir) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (terlalu boros) Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
Allah berfirman dalam QS. Al Humazah (104) : 1-3
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (١) الَّذِي جَمَعَ مَالا وَعَدَّدَهُ (٢) يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ (٣)
Terjemahnya:
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung
Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,

Allah berfirman dalam Q.S al Ma’un: 1-3

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (١) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (٢) وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (٣)


Terjemahnya:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik anak yatim,(2), Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Rasulullah bersabda :
عَىْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص م : كُلُّ سُلَامَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يّوْمٍ تَطْلُعُ عَلَيْهِ الشَمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعْيِنُ الرَّجُلَ فِيْ دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَبِكُلَّ خُطْوَتٍ تَمْشِيْهَا اِلَى الصَّلاةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَة (رواه البخارى و مسلم))
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra. Berkata : Rasulullah Saw bersabda: setiap ruas tulang manusia harus disedekahi, setiap hari selama matahari masih terbit, mendamaikan dua orang yang berselisih adalah sadaqah, mengangkat barang bawaan ke atasnya merupakan sadaqah, kata-kata yang baik adalah sadaqah, setiap langkah kaki yang kau ayunkan menuju mesjid adalah sadaqah, dan menyingkirkan duri dari jalan juga adalah sedekah

Komentar :

ada 0 komentar ke “KESEDERHANAAN DALAM MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI (Malam Ke-30)”

Posting Komentar

 

© 2011 Fresh Template. Powered by Blogger.

Pusat PASIH by Dirja.