مرحبا بكم في الموقع الرسمي لمعهد الجامعة الإسلامية الحكومبة باري-باري

Kamis, 04 Agustus 2011

MEMBUMIKAN AL-QUR’AN (Malam Ke-12)

Oleh: Hannani, M. Ag

Pengertian “Membumikan Al-Qur’an” di sini adalah menanamkan Al-Qur’an ke hati sanubari dan aktivitas umat Muslim. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT. banyak sekali memakai kata “dzâlika” yang merupakan kata penunjuk “itu” (kata tunjuk jauh) untuk Al-Qur’an, agar kita “mendekati” Al-Qur’an yang menjadi petunjuk yang Haq bagi umat Islam. Sebenarnya, dekadensi moral saat ini adalah tamparan keras bagi umat yang mengaku Islam, tetapi “mendekati” Al-Qur’an pun jarang bahkan tidak pernah. Saat ini, penyakit umat yang sedang melanda adalah keislaman yang hanya bersifat lahiriah saja, yang tampak terlihat saja dari pakaian ataupun nama, tidak dalam aktivitas ataupun dari perilaku.
Sama seperti halnya jika kita menunaikan Shalat, sebenarnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk “mendirikan Shalat”. Pengertian “mendirikan shalat” disini bukan hanya menunaikan dan menggugurkan kewajiban Shalat 5 waktu saja, tetapi meresapi dan mengamalkan gerakan dan bacaan Shalat tersebut dalam keseharian aktivitas dan perilaku sehari-hari. Tidak salah jika ada yang mengucapkan jika ada seseorang yang jauh dari agama biarpun sudah menunaikan kewajiban yang 5 waktu, maka orang tersebut sering diberi ungkapan “Sholatnya belum benar”. Bukankah sesungguhnya Shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar?
Saat ini, penyakit umat yang sedang melanda adalah ke-Islaman yang hanya bersifat “dzahir” saja, yang tampak terlihat saja dari pakaian ataupun nama, tidak dalam aktivitas ataupun dari perilaku.
Bagaimana umat Islam “membumikan Al-Qur’an”? berikut beberapa langkah:

1. Mengenali nama-nama Al-Qur’an
Beberapa penjelasan termasuk di dalam Qur’an memberikan nama dan fungsi Qur’an. Contohnya: Al-Hudâ (petunjuk), Al-Furqân (pembeda), Asy-Syifâ’ (obat/penawar), An-Naba’ (berita besar), An-Nûr (cahaya penerang) dan lainnya. Khusus untuk kondisi umat yang sedang sakit seperti saat ini, nama-nama dan surat-surat ini menjadi sangat penting (tanpa melupakan surat-surat lainnya). Jika saat ini umat memang tidak menjadikan Qur’an sebagai petunjuk yang nyata, maka apa yang menjadi petunjuk dan pedoman yang dipegang? yang nyata-nyatanya tidak sanggup mengobati kondisi umat saat ini.

                                 

“Alif laam miim. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Q.S. Al-Baqoroh (2) : 1- 4).

2. Memaknai ayat-NYA
Pengertian ayat yang diartikan “tanda”, tanda yang mengantarkan kita ke tujuan utama, yaitu mencari ridha-NYA dalam setiap aktivitas hidup. Tanda dalam Qur’an ini memang harus dimengerti terlebih dahulu jika kita ingin mencapai ridha-NYA, dalam artian kita juga harus mengkaji tanda yang disampaikan-NYA tersebut.
Apakah memang kita cukup membaca Qur’an saja tanpa mengkaji artinya? Mungkin ada beberapa di antara kita yang hafal Qur’an (baik sebagian maupun seluruh Qur’an), tetapi hanya baik dalam menghapal tidak dalam mengkaji? Perumpamaan yang tepat seperti keledai yang membawa kitab-kitab di punggungnya tetapi tidak tahu apa yang dibawanya.

3. Merenungkan ayat-NYA
Beberapa ilmuwan-ilmuwan Islam zaman dahulu banyak yang mendapatkan petunjuk keilmuan bahkan dari Qur’an, seperti contohnya Ibnu Sina yang di dunia dikenal sebagai bapak kedokteran modern, yang bahkan saat itu belum ada jurusan perkuliahan fakultas kedokteran seperti saat ini. Lihatlah bagaimana alam semesta tercipta, yang dimulai dari teori big bang (ledakan besar). Telah difirmankan dalam Qur’an:
              •       
“Dialah pencipta langit dan bumi.” (Al-An’am (6):101).

      
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.” (Q.S. Ar‐Rahman (55):37).

4. Memperhatikan dan menjalankan isi ayat-NYA
Pengertian memperhatikan ayat-NYA di sini adalah bagaimana mengartikan Qur’an dalam kehidupan dan keadaan saat ini. Seperti contohnya; pembunuhan pertama yang dilakukan anak Nabi Adam ‘alaihissalam, yaitu Qabil terhadap saudaranya Habil. Saat itu Habil dibunuh dengan hantaman batu ke kepala saudaranya, tetapi saat ini pembunuhan pun bisa dilakukan dengan senyawa kimia Arsenik yang tidak berbau dan tidak berasa.
Lebih lanjut contohnya seperti saat perang badar, Rasulullah SAW., memerintahkan pasukan untuk memperbaiki “kekuatan perang”, yang saat itu masih berupa panah, pedang dan tombak, tetapi saat ini diaplikasikan sebagai senjata api.
Hukum, syariat dan aturan azza wa jalla dalam Qur’an tidak pernah berubah dari sejak difirmankan-NYA. Sesungguhnya Qur’an itu sudah sangat lengkap dan tidak perlu koreksi lagi. Mulailah “membumikan Qur’an” dari diri sendiri, keluarga sendiri dan orang-orang terdekat. Perjalanan beribu kilometer dimulai dari satu langkah besar.

Komentar :

ada 0 komentar ke “MEMBUMIKAN AL-QUR’AN (Malam Ke-12)”

Posting Komentar

 

© 2011 Fresh Template. Powered by Blogger.

Pusat PASIH by Dirja.