مرحبا بكم في الموقع الرسمي لمعهد الجامعة الإسلامية الحكومبة باري-باري

Kamis, 04 Agustus 2011

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Malam Ke-26)

Oleh: Budiman, M.HI

PENGERTIAN
Rukun menurut bahasa adalah ‘ruknun’ yang berarti asas-asas atau dasar.
Kerukunan dalam islam dapat diartikan tasamuh atau dikenal dengan toleransi. Sehingga yang dimaksud dengan toleransi ialah kerukunan social kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah islamiyah (keimanan). Karena persoalan aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam aAl-. Qur’an dan al.Hadits. Sebagaimana yang di jabarkan dalam Firman Allah surah Al. Kafirun :
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (١) لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (٢) وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٣) وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (٤) وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (٥) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (٦)
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."


Kaitannya dengan kerukunan di antara umat beragama, suku, budaya, dan golongan dan contoh-contohnya.
Norma agama mengajarkan kepada manusia untuk berbuat kebajikan kepada sesama karena manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat sama serta memiliki akal dan budi yang mulia. Dengan akal dan budinya, manusia wajib menjalin hubungan baik dengan lingkungan hidupnya, dengan sikap saling menghormati dan saling mengasihi. Setiap manusia dikaruniai hak-hak asasi yang harus dihormati oleh orang lain.
Manusia yang percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan selalu berbuat baik dan bersikap toleran terhadap manusia lain.
1. Hidup saling mengingatkan dalam usaha mencapai tata pergaulan yang baik merupakan sikap dan perbuatan yang terpuji.
2. Tanpa hidup saling mengasihi dan saling menghormati antara sesama warga masyarakat, kehidupan masyarakat akan menjadi buruk dan rusak.
3. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengajarkan agar manusia hidup saling menghormati dan saling mengasihi walaupun manusia itu tidak seagama dan sekepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuku, seadat dan sebagainya. Ajaran agama menuntun ke arah perbuatan yang baik saling menghormati bagi sesama manusia tanpa terkecuali.
Orang yang gagal dalam puasa adalah mereka yang telah menjalankan ibadah puasa tapi tetap melakukan kekerasan sekalipun dengan basis dan argumen agama. Saya percaya, semakin banyak umat Islam yang khusuk dalam berpuasa, maka semakin berkurang jumlah kekerasan dan konflik yang menyertakan umat beragama. Ramadan adalah titik terpenting bagi upaya peningkatan toleransi dan kerukunan intra dan antar-umat beragama.
Bulan Ramadhan adalah bulan ampunan atas dosa-dosa. Tentu saja, dosa yang akan diampuni itu hanyalah dosa yang terkait antaranya dirinya dengan Allah (hablun min Allah). Sementara dosa privat terhadap sesama manusia tak bisa diampuni kecuali terlebih dahulu meminta maaf kepada yang bersangkutan. Itu sebabnya, ketika mau memasuki Ramadan, maka SMS dan surat permintaan maaf itu banyak dilakukan umat Islam. Namun, penting ditekankan, dosa publik seperti korupsi bisa terampunkan sekiranya sebuah sanksi hukum telah dijatuhkan untuk si koruptur tersebut. Menurut para ahli fikih Islam, tindakan korupsi tak diampuni hanya dengan menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Ramadhan juga membakar perut yang sedang berpuasa. Selama berpuasa umat Islam tak diperbolehkan makan dan minum serta hal-hal lain yang membatalkan puasa semenjak terbit fajar hingga terbenam matahari. Dengan berpuasa, orang kaya yang tak pernah lapar ikut merasakan kelaparan yang senantiasa mendera hari demi hari orang miskin di luar Ramadhan. Karena itu, di bulan Ramadhan umat Islam diperintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah yang diperuntukkan terutama buat kaum fakir dan miskin. Menurut Abu Hanifah, zakat fitrah tak harus diberikan kepada sesama muslim, melainkan juga bisa diberikan kepada orang-orang non-muslim yang fakir dan miskin. Bahkan, al-Mahdawi berpendapat bahwa dibolehkan bagi umat Islam untuk memberikan zakat kepada orang Musyrik yang miskin. Inilah saya kira salah satu makna dari Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Ramadhan potensial membakar hawa nafsu duniawi orang yang berpuasa. Dengan demikian, orang yang menjalankan ibadah puasa bukan orang yang rakus dan tamak. Ia bisa menahan diri dari kecenderungan hedonistik. Sebab, kita semua mengerti bahwa makin tingginya angka korupsi dan penyelewengan di negeri ini bukan karena para pelakunya lapar dan miskin, melainkan karena rakus dan tamak. Para pejabat tinggi masih korupsi walau gajinya berpuluh juta rupiah. Ramadan mendidik kita untuk tak terus memperturunkan keserakahan dan ketamakan. Orang bijak nan arif berkata, kekayaan bumi Indonesia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh warganya, tapi tak memadai untuk menuruti keinginan dan nafsu satu orang penghuninya.

Puasa dan Kerukunan
Apa sebenarnya makna puasa bagi umat Islam Indonesia dan negeri Indonesia yang plural ini? Semua pelajar Islam tahu, al-Qur’an menegaskan bahwa ibadah puasa tak murni dari Islam. Para ulama ushul fikih memasukkan puasa ke dalam salah satu ajaran yang didasarkan pada syariat pra-Islam (syar`u man qablana). Sebab, umat-umat sebelumnya memang sudah biasa menjalankan puasa untuk mencapai derajat ketakwaan. Allah berfirman dalam al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa”. Imam Al-Quthubi dalam bukunya al-Jami` li Ahkam al-Qur’an (Juz I, hlm. 672) menyatakan bahwa umat Nabi Nuh, Nabi Musa, dan Nabi Isa telah mempraktekkan ibadah puasa, walau dengan waktu dan tata cara yang mungkin berbeda dengan yang dilaksanakan umat Islam. Satu bukti, dalam Perjanjian Baru misalnya disebutkan, “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik..” (Matius: 6:16).
Sebuah hadits sahih menyebutkan, ketika pertama kali datang ke Madinah, Nabi mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. (Shahih Bukhari, hadits ke 3942 dan 3943). Hadits lain menyebutkan, orang-orang Quraisy sebelum Islam terbiasa melakukan puasa Asyura. Dan Nabi memerintahkan umat Islam berpuasa pada hari Asyura hingga turun perintah yang mewajibkan umat Islam berpuasa di bulan Ramadan. Dikisahkan, puasa pada hari Asyura ini dilakukan Nabi sebagai bukti penghargaan terhadap kaum Yahudi dan terhadap Nabi Musa. Itu berarti bahwa puasa merupakan ibadah lintas agama. Puasa juga mengandung makna penghargaan terhadap umat agama lain.
Dengan demikian, umat Islam yang sukses dalam menjalankan ibadah puasa adalah mereka yang kian toleran dan respek terhadap umat agama lain. Orang yang berpuasa tak akan membakar rumah ibadah umat agama lain dan tak menghancurkan mesjid orang-orang Islam yang dianggap menyimpang. Jika dieksplisitkan, orang yang gagal dalam puasa adalah mereka yang telah menjalankan ibadah puasa tapi tetap melakukan kekerasan sekalipun dengan basis dan argumen agama. Saya percaya, semakin banyak umat Islam yang khusuk dalam berpuasa, maka semakin berkurang jumlah kekerasan dan konflik yang menyertakan umat beragama. Ramadan adalah titik terpenting bagi upaya peningkatan toleransi dan kerukunan intra dan antar-umat beragama.
Akhirnya, walau yang melakukan ibadah puasa Ramadhan itu hanya umat Islam, sudah semestinya yang ikut merasakan efek positif dari puasa Ramadan adalah seluruh warga bangsa di Indonesia ini. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan.

Komentar :

ada 0 komentar ke “KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Malam Ke-26)”

Posting Komentar

 

© 2011 Fresh Template. Powered by Blogger.

Pusat PASIH by Dirja.